Featured

0 Argumentasi Intelektual Al ibn Abi Thalib Taklukkan Kaisar Romawi

Dirwayatkan dari himpunan buku bertajuk Saluni Qobla Antafqiduni, susunan Muhammad Ridha Al-Hakimi (Muassasah Al-A’lami, Beirut, 1399 Hijriah) bahwa seorang Kaisar Romawi begitu antusias untuk mengetahui tetang kedalaman ilmu Islam.

Sang Kaisar lalu menulis surat kepada seorang kalifah di jazirah Arabia, seperti disebutkan oleh Ibnu Musayyib dari Kaisar Bani Al-Asfar kepada kalifah pemerintahan Islam di Jazirah Arabia. Aku ingin bertanya kepada Anda mengenai sejumlah pertanyaan pokok yang mengusikku selama ini. Maka beritahukanlah kepadaku mengenai hal-hal itu, yakni :

Apa sesuatu yang tidak Allah ketahui ? Apa sesuatu yang tidak Allah miliki ? Apa sesuatu yang semuanya “mulut” ? Apa sesuatu yang semuanya “kaki” ? Apa sesutu yang semuanya “mata”? Apa pula sesuatu yang semuanya merupakan “sayap” ?

Beritahukan kepadaku tentang seseorang yang tidak memiliki kerabat, mengenai empat makhluk hidup yang tidak pernah berada dalam rahim, juga tentang sesuatu yang bernapas tetapi tidak bernyawa. Apa pula yang diteriakkan “terompet” Naqus di hari kiamat, tentang sesuatu yang hanya sekali terbang mengenai pohon yang menaungi setiap pengendara disaat berpergian selama seratus tahun, yakni suatu perjalanan yang tidak pernah ditempuh dunia.

Ya kalifah, jelaskan pula tentang tempat yang tidak pernah disinari cahaya matahari kecuali sehari saja. Terangkan pula tentang sebuah pohon yang tumbuh tanpa air, mengenai sesuatu yang menyerupai penghuni syurga-jika ia makan dan minum, ia tidak membuang hajat air besar atau kecil.

Jelaskanlah pula klaifah Allah SWT., jika engkau benar utusan-Nya, tentang sesuatu yang mirip dengan meja-meja di syurga dan diatasnya terdapat hidangan-hidangan dimana setidap hidangan memiliki warna-warna yang tidak saling bercampur. Coba pula terangkan kepadaku mengenai sesuatu yang keluar dari bauh Apel dan mirip dengan bidadari di syurga yang konon tiada pernah berubah. Jelaskan pula mengenai kenikmatan di dunia sementara ini yang bisa dirasakan dua orang, namun di hari akhirat hanya untuk satu orang. Jangan lupa Ya kalifah terangkan kepadaku mengenai kunci-kunci syurga.
                                                                          ***


Saat kalifah menerima surat Kaisar Romawi, Beliau memohon agar Sayyidina Ali bin Abi Thalib as untuk menuliskan jawabannya.



Bismillahirahmanirahim..Dengan nama Allah SWT Yang Maha Pengsaih dan Maha Penyayang. Amma Ba’du. Aku (Ali bin Abi Thalib as) telah membaca surat Anda Wahai Raja Romawi dan aku kini membalasnya dengan bantuan Allah SWT. Serta berkat-Nya dan berkah yang selalu menyertaiku dari Nabi Muhammad saw.

Adapun sesuatu yang semuanya yang Allah tidak ketahui adalah keyakinan Anda, wahai Raja Romawi. Bahwa Dia punya punya anak, istri dan sekutu. Ketahuilah wahai Raja, Allah SWT sudah menegaskan dalam Al’Quran di Surat Al-Mu’minun ayat 91 bahwa  Allah SWT tidak punya anak dan tiada Tuhan lain disamping-Nya. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. (QS. Al-Ikhlas :3)


Sesuatu yang tidak dimiliki Allah adalah kedzaliman. “Dan tidaklah Tuhan-Mu itu berbuat kedzaliman terhadap hamba-hamba-Nya.” (Q.S Ali-Imran: 182)


Sesuatu yang semuanya mulut adalah api yang melahap segala sesuatu yang dilemparkan kepadanya. Adapun yang semuanya kaki adalah air. Yang semuanya mata adalah matahari. Yang semuanya sayap adalah angin. Yang tidak memiliki kerabat adalah Nabi Adam as, domba Nabi Ibrahim as dan Siti Hawa.


Sementara yang bernapas tanpa nyawa adalah subuh. Allah SWT berfirman, “Demi subuh disaat bernapas.” (QS. At-Takwir:18)
            Teriakan “terompet” Naqus adalah thaqqon, thaqqon, thaqqon-thaqqon, mahlan-mahlan, adhlan-adhlan, sidqan-shidqaon. Sesungguhnya dunia tealh memperdaya dan merayu kita. Dunia berlaku dari abad ke abad. Tidaklah suatu haru pun berlalu melainkan kekuatan fisik kita semakin melemah. Sesungguhnya saat-saat kematian telah memberikan kepada kita, akan akan “pergi dan bermukim”. Kembali ke kebaqaan, yakni jika berkeinginan pulang abadi dengan selamat, aku adalah satu-satunya “petugas penjaga” gerbang kembali kepada Sang Pencipta Allah SWT.”

Perlu engkau ketahui Raja Romawi, setelah Rasulullah saw, akulah (Ali bin Abi Thalib) pemegang ilmu kembali dengan selamat (Syaththariah) kepada-Nya dan sesudahku adalah para penggantiku (menurut silsilah Imammzh Wasilah/Washithah) yang terus gilir bergantian digenggam oleh Wasi yang berhak dan seizin-Nya di setiap zaman hingga Allah SWT memproklamasikan kiamat.

Para Washithah itulah yang sering disebut-sebut oleh Rasulullah saw., bahwa mereka bukanlah termasuk Rasul atau Nabi, namun di sisi Allah SWT merekalah yang di hari akhir nanti cahayanya begitu mencorong gilang-gemilang di antara umat-Ku yang terpilih (Hadis sahih Ghaidir qum).

Hai Kaisar yang terbang hanya sekali adalah (gunung) Thuri Sina. Disaat bani Israil bermaksiat, Allah SWT mengambil sebidang tanah dari thuri sina  dan membuat untuk mereka dua sayap dari cahaya lalu menjatuhkannya di atas mereka. Padahal, perjalanan dari Thuri Sina ke Baitul Maqdis membutuhkan beberapa hari. Sehubungan dengan itu Allah SWT berfirman, “Dan ingatlah ketika kami angkat gunung di atas mereka seakan-akan naungan awan.” (Q.S. Al-Araf:171)

“Tempat yang hanya sekali disinari matahari adalah dasar laut yang terbelah bagi kelapangan jalan Nabi Musa as. Air terbelah dan beridiri menjulang laksana gunung dan dasarnya menjadi kering karena sinar matahari, kemudian air itu kembali seperti semula,” tutur Ali as dalam surat balasannya.

Pohon yang seseorang berjalan dibawahnya selama seratus tahun adalah Pohon Tuba, yakni Sidratul Muntaha di “langit ke tujuh-Nya”. Padanya berakhir amal perbuatan keturunan Nabi Adam as. Ia termasuk dari pohon-pohon surgawi, tiak ada di surga suatu Istana ataupun rumah, melainkan ada padanya satu dari ranting-ranting  pohon tersebut. Yang  serupa dengan itu adalah matahari, sumbernya satu, namun cahayanya berada di setiap tempat, sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT.

Mengenai pohon yang tumbuh tanpa air, adalah Pohon yang merupakan mukjizat beliau (Rasulullah saw). Allah SWT berfirman, “Dan kami tumbuhkan untuknya (Rasul saw)  pohon dari Yaqthi(sejenis buah labu).” (Q.S. As-Shaffat: 146)

Adapun yang menyerupai surgawi di dunia fana ini, ya Kaisar Romawi, menurut ilmu kami kaum Mukminin yang berada dalam hidayah-Nya adalah janin dalam perut ibunya. Dia makan dan munum melalui pusar ibundanya, tetapi tidak buang air kecil ataupun buang air besar.

Yang menyerupai warna-warna dalam satu hidangan di surga adalah telur yang didalamnya terdapat dua warna, yaitu putih dan kuning, namun keduanya tidaklah bercampur aduk . yang menyerupai bidadari di surgawi adalah ulat yang keluar dari buah apel dan tidak berubah.


Berkaitan dengan maksud akan sesuatu yang di dunia dimiliki dua orang, sedangkan dalam akhirat cuma berhak dimilki seorang adalah kurma. Di dunia fana ini dimiliki oleh mukmin seperti aku ini adn orang fasik atau kafir sebagaimana adanya engkau, ya Raja Romawi. Namun, di akhirat nanti sebagaimana ketentuan Allah SWT, kurma hanya diberkahkan kepada orang mukmin sebab hanya kaum mukmnin yang boleh masuk surga-Nya sedangkan kaliona (kaum fasik) tidaklah diperkenankan .

Tentang pencarian orang Romawi akan kunci surga, akan kutunjukkan yakni, “Tiada Tuhan selain Allah SWT, dan Muhammad saw adalah Rasulullah.”


Berkenan dengan isi surat balasan Syayidan Ali bin Abi Thalin as ini dikisahkan oleh Ibnu Al-Mussayib, seperti dinukil oleh Muhammad Ridha Al-Hakimi, sang Kaisar Romawi bereaksi dengan berkata, “Penjelasan ini tidaklah akan keluar kecuali dari rumah kenabian yang disuciukan-Nya.”

Kemudian Kaisar Romawi menanyakan siapa gerangan orang yang menuliskan surat balasan untuknya, lalu diperoleh keterangan dari stafnya, bahwa surat balasan itu dituli oleh putra paman Rasulullah saw. Kaisar Romawi pun bergegas menulis surat balasannya yang langsung ditunjukkan kepada sayyidina Ali bin Abi Thalib as.

“Salam atasmu.” Aku telah membaca isi jawabanmu dan aku yaknin, bahwa Anda berasal dari rumah kenabian, sumber kerasulan dan Anda pun adalah seorang pemberani serta berilmu. Aku harap Anda dapat mnjelaskan pendapat Anda tentang roh yang disebutkan Allah dalam kitab lain, yang firman-Nya menyatakan, “Dan mereka bertanya tentang roh. Katakanlah bahwah ruh itu adala urusan Tuhanku.” (Q.S Al-Isra:85)

Kemudian Sayyidina Ali as menjawab tentang kepenasaran Kaisar Romawi. “Dengan permohonan Izin Tuhanku Allah SWT, bahwa roh adalah sesuatu yang maha halus dan pancaran Cahaya Yang Mulia, ciptaan pencipta-Nya dan kekuasaan pembuat-Nya yang tidak ada lagi sesuatu pun Zat Mulia dan Agung serta Mahakuasa selain Dia. Roh itu dikeluarkan dari khazanah-khazanah kerajaan_nya dan ditempatkan di kerajaan-Nya pula. Bag-Nya roh adalah sebab atau asal-usulmu dan roh adalah titipan-Nya. Jika Anda mengambil milikmu dari Allah, Dia akan mengambil milik-Nya dari mu. Wassalam.


Dengan kecerdikan Ali as dengan segala hidayah yang dilimpahkan-Nya hingga seorang ilmuwan Kristini, Geroge Jordac menyimpulkan bahwa Ali’lah satu-satunya dari sahabat Rasulullah  saw yangs ejak dini menyelami lautan kebijkan Islam di bawah bimbingan langsung sang tutor Ilahi, Muhammad saw. Tak ayal lagi, kearifan, kecerdasan, kesalehan, dan keluasan pengetahuannya merupakan refleksi sang penutup zaman, Rasulullah saw.

“Ali bin Abi Thalib adalah subumber pengetahuan yang paling utama. Tak satu pun cabang ilmu pengetahuan di negeri Arab yang tidak di ketyemukan dan dipelopori Ali as, “tutur Geroge Jordac. Tak pelak lagi Kaisar Romawi pun dibuatnya skak mat. Takj hayal jika Ali bin Abi Thalib yang merupakan salah satu sumber ilmu ini selalu mengungkapkan TANYALAH PADAKU SEBELUM ENGKAU BENAR-BENAR KEHILANGAN AKU.
Read more

0 Abu Bakr: Kisah Nyata Sahabat Sejati

Takkan kau temui, takkan kau temui di pelosok dunia manapun, di kolong bumi, di seantero langit, sahabat seperti orang ini. Takkan kau temui, takkan kau temui sahabat macam orang ini, bagaimana tidak? Beliau ini yang membenarkan ketika yang lain tak percaya bahkan menghina Sang Manusia Terbaik, beliau yang banyak keutamaannya, beliau yang paling banyak menyerahkan apa yang dimilikinya demi Allah dan Rasul-Nya, beliau sang sahabat sejati Sang Rasul, beliaulah "The Successor". Inilah beliau, "Yang Berkata Benar", Abu Bakr Ash-Shiddiq.

Kebaikannya telah ditunjukan sebelum memeluk Islam. Ia adalah seorang yang dikenal karena kedermawanannya, seorang pedagang sukses, seorang yang wibawa, berkedudukan tinggi di kaum Quraisy. Beliau terhitung masih saudara Rasulullah SAW., bertemu nasabnya pada kakeknya, Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai.

Beliau memberikan kontribusi yang teramat besar bagi Islam, dari dakwah fardhiyahnya lah orang-orang terbaik seperti Abdurrahman ibn 'Auf, Saad ibn Abi Waqqash, Utsman ibn 'Affan, Zubair ibn Awwam, serta Thalhah ibn Ubaidillah memeluk Islam. Beliau juga dikenal sebagai pembebas para budak, yang paling dikenal tentunya ketika membebaskan Bilan ibn Rabah, ketika ia disiksa di sebuah lapang tandus, serta ditimpa batu besar yang teramat panas terasa, disiksa pula oleh orang-orang Quraisy, terutama Umayyah ibn Khalaf yang acapkali menyiksanya kerana keteguhan imannya. Abu Bakr kemudian menebusnya, kemudian memerdekakannya.

Abu Bakr pula yang menemani Sang Rasul ketika hijrah dari Mekkah ke Madinah, ia pula mengalami kejadian luar biasa di Gua Tsur saat beristirahat sekaligus berupaya bersembunyi dari kejaran kafir Quraisy.

Di sana, di dalam gua yang gelap itu, terjadilah peristiwa yang takkan terhapus sejarah, kisah bukti kesetiaan beliau kepada Rasulullah SAW.
Di sana, di dalam gua yang di mulutnya terdapat sarang lelabah, ia sandarkan kepala beliau SAW, diatur agar beliau nyaman, agar beliau tetap dapat beristirahat. Namun, ia lihat ada binatang berbisa keluar dari lubang-lubang kecil di sana, maka ditutuplah lubang itu agar tak keluar dan melukai orang yang berada di sandarannya, tetapi ada satu binatang lagi yang keluar dari lubang kecil lain di gua itu, maka ia tutup rapat dengan anggota tubuhnya yang lain, tersakitilah ia oleh binatang-binatang tersebut, namun -aduhai- beliau bahkan menahan untuk tak berteriak kesakitan demi sang Rasul tetap tertidur di dalam istirahatnya.
Di sana, di dalam gua yang terdapat sarang burung di luarnya, kemudian air mata menetes -sayangnya- membangunkan sang Rasul, terbangunlah, dan beliau SAW melihat sahabatnya yang telah berpeluh keringats serta terlukai. Lalu, terekamlah dalam Al-Quran sebuah ucapan indah yang telinga kita telah akrab mendengarnya, "sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: 'Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.'" (Q.S. At-Taubah [9]: 40)

Kawan, itulah sebaik-baik sahabat dalam dekapan ukhuwah, peristiwa di atas hanyalah peristiwa kecil di antara peristiwa-peristiwa yang menunjukkan keutamaan beliau.

Ia, adalah orang yang Umar ibn Al-Khaththab pun tak bisa mengalahkannya, pernah di sebuah peperangan, Perang Ahzab namanya ketika itu seperti yang diriwayatkan Umar ibn Al-Khaththab, bahwa ketika itu, Ummat Islami di Madinah dikepung dari segala penjuru, baik dari dalam dengan berkhianatnya Yahudi Madinah, juga dari luar dengan kafir Quraisy yang bersekutu dengan kaum-kaum lain yang membenci Islam, membutuhkan banyak pengorbanan baik harta maupun jiwa, maka dianjurkanlah oleh Rasulullah untuk beramal menyumbangkan hartanya. Ketika itu Umar datang membawa hartanya, ketika ditanya oleh Rasulullah tentang apa yang ditinggalkan untuknya dan keluarganya, Umar menjawab bahwa ia meninggalkan separuh hartanya untuknya dan keluarganya. Lalu, tak lama kemudian, datanglah Abu Bakr, dan kita ingat sendiri kisah ini, ketika ditanya tentang apa yang ia tinggalkan untuknya dan keluarganya, maka sebuah kalimat tinggi penuh keimanan terlafazhkan dari lisannya, "Cukup bagiku Allah dan Rasul-Nya." Subhanallah! begitu dahsyatnya beliau, menyumbangkan semuanya demi Islam. Kontribusi yang amat besar.

Dan kini, mari kita mengikuti sebuah kisah tinggi, sebuah perilaku yang lahir dari kepahaman dan kebeningan nurani seorang manusia. Sebuah kisah tinggi itu adalah...


Ketika itu, Sang Nabi menerima wahyu. Wahyu yang menggembirakan semua shahabat. Beliau membacakannya dari atas mimbar, "Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau lihat manusia masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepadaNya. Sesungguhnya Ia adalah Maha Penerima Taubat."

Semua sahabat tersenyum, lega, bahagia, dan penuh syukur. Tapi dari depan mimbar, Abu Bakr tiba-tiba berteriak dengan isak, "Ya Rasulullah, kutebus engkau dengan ayah dan ibuku! Demi Allah kutebus engkau dengan ayah dan ibuku!" Dan ia terus menangis. Para sahabat terheran-heran yang teramat dahsyat. Mereka menatap tajam dengan mulut yang tanpa disadari setengah menganga. Tapi Rasulullah tersenyum padanya.

"Seorang hamba diminta untuk memilih", beliau Shalallahu 'Alaihi wa Sallam melanjutkan sabda, "Antara perhiasan dunia menurut kehendaknya, atau apa yang ada di sisi Allah. Dan dia memilih apa yang ada di sisi Allah." Tangis Abu Bakr semakin keras. "Demi Allah ya Rasulullah, ayah dan ibu kami sebagai tebusanmu!"
Hingga kata perawi hadits ini, orang-orang bergumam dalam hati, "Lihathal orangtua ini! Rasulullah mengabarkan tentang kemenangan dan seorang hamba yang diberi pilihan, tapi dia berteriak-teriak tak karuan!"

Surat An-Nashr serta segala yang Rasulullah katakan ditangkap secara jelas dan pasti oleh Abu Bakr sebagai satu isyarat, bahwa ajal sang Nabi telah sangat dekat! Maka ia menangis. Maka ia berteriak. Hanya dia. Hanya dia yang mengerti.

Rasulullah masih tersenyum. "Sesungguhnya orang yang paling banyak membela dan melindungiku dengan pergaulan dan hartanya adalah Abu Bakr", kata beliau. "Andaikan aku boleh mengambil kekasih selain Rabbku, niscaya aku akan mengambil Abu Bakr sebagai Khaliil-ku. Tetapi ini adalah persaudaraan Islam dan kasih sayang. Semua pintu yang menuju Masjid harus ditutup, kecuali pintunya Abu Bakr."

                                                                                        ***

"Tiada hari yang lebih bercahaya di Madinah daripada hari ketika Rasulullah datang kepada kami. Dan tidak ada hari yang lebih gelap dan muram daripada saat beliau wafat, ujar Anas ibn Malik.

"Sesungguhnya beberapa orang munafik beranggapan bahwa Rasulullah meninggal dunia!", kata sosok tinggi besar itu. Banyak orang berhimpun di sekililingnya, semua mengenali, orang yang berbuat gaduh ini adalah 'Umar ibn Al Khaththab. "Sesungguhnya beliau tidak wafat!", ia terus berteriak dengan mata merah berkaca-kaca dan berjalan ke sana ke mari. "Sesungguhnya beliau tidak mati!" Beliau hanya pergi menemui Rabbnya seperti Musa yang pergi dari kaumnya selama 40 hari, lalu kembali lagi pada mereka setelah dikira mati! Demi Allah, Rasulullah pasti akan kembali! Maka tangan dan kaki siapapun yang mengatakan beliau telah meninggal harus dipotong!"

'Umar masih terus berteriak-teriak bahkan menghunus pedang ketika Abu Bakr datang dan masuk ke bilik 'Aisyah tempat di mana jasad Sang Nabi terbaring. Disibaknya kain yang menyelubungi tubuh suci itu, dipeluknya Sang Nabi dengan tangis. "Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu...", bisiknya. "Allah tidak akan menghimpun dua kematian bagimu. Kalau ini sudah ditetapkan, engkau memang telah meninggal." Abu Bakr mencium kening Sang Nabi. "Alangkah wanginya engkau di kala hidup, alangkah wangi pula engkau di saat wafat."

'Umar masih mengayun-ayunkan pedang ketika dia keluar. "...Kaki dan tangannya harus dipotong! Dipotong!", teriak 'Umar.

"Duduklah hai 'Umar!", seru Abu Bakr. Tapi 'Umar tak kunjung duduk. Orang-orang, dengan kesadaran penuh mulai mendekati Abu Bakr dan meninggalkan 'Umar. "Barangsiapa menyembah Muhammad, maka sungguh Muhammad telah wafat. Tapi barangsiapa menyembah Allah, sesungguhnya Allah hidup kekal!" Abu Bakr lalu membaca ayat yang dibaca Mush'ab ibn 'Umair menjelang syahidnya, saat tubuh yang menghela panji Uhud dibelah-belah dan tersiar kabar bahwa Rasulullah terbunuh.

"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Q.S. Ali Imran [3]: 144)

'Umar jatuh terduduk mendengar ayat ini. Pedangnya lepas berdentang dari genggaman. Dengan gumaman diselingi isak, disimak dan dilafalkannya ayat yang dibaca Abu Bakr. Demikian juga yang lain. Mereka membaca ayat itu. Seolah-olah ayat itu baru saja turun. Seolah-olah mereka tak pernah mendengar ayat ini sebelum Abu Bakr membacakannya.

Maka inilah Abu Bakr. Seorang yang mata batinnya begitu jernih. Dia yang paling berduka, menangis, dan histeris ketika Sang Nabi memberi isyarat tentang dekatnya saat berpisah. Namun, di saat kekasih yang dicintainya itu benar-benar pergi, Abu BAkr menjadi orang yang paling waras, paling tenang, dan paling mententeramkan. Abu Bakr menyelamatkan kaum muslimin dari keterguncangan massal yang bisa berakibat fatal.

                                                                          ***

Maka, kawan, itulah beliau, Abu Bakr Ash-Shiddiq, sebaik-baik sahabat.

Semoga, kita semua mendapat sahabat yang terbaik bagi kita, yang tidak hanya membenarkan, tapi juga mengoreksi kesalahan kita, yang rela berkorban, yang selalu mengingatkan. Dan semoga kita pun menjadi sahabat terbaik baginya.

Dalam Dekapan Ukhuwah, semoga kita mendapatkannya.



- Firman Maulana (DKM Al-Mujtahid 2012) -
Read more

0 Kepemimpinan DKM, Bekal Menuju Sejarah Peradaban Umat

Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung-jawabannya atas kepemimpinannya…
(Hadits, riwayat Bukhari dan Muslim.)


Dunia dewasa ini memiliki para pemimpin, tetapi mereka berada di bawah bayang-bayang para selebritis. Pemimpin dikenal karena prestasi mereka…, sedang kaum selebritis dikenal karena ketenaran mereka. Pemimpin mencerminkan kemungkinan-kemungkinan hakikat manusia, sedang kaum selebritis mencerminkan kemungkinan-kemungkinan pers dan media. Kaum selebritis adalah orang-orang yang membuat berita, tetapi para pemimpin adalah orang-orang yang membuat sejarah.

(Daniel Boorstin, seorang pakar manajemen organisasi, Majalah Parade, 6/8/95)

Selama lebih dari dua puluh tahun, para pakar manajemen dan organisasi secara ilmiah meneliti hakikat kepemimpinan yang selalu berubah. Lima tahun yang lalu, sebagai hasil dari penelitian ini, teridentifikasi karakteristik dan talenta para pemimpin yang mampu membuat sejarah. Mereka adalah orang-orang yang dirujuk orang lain ketika misi harus ditegakkan, membuat terobosan-terobosan, dan mencapai tujuan-tujuan secara tepat waktu dalam anggaran yang terbatas. Mereka ini adalah para pemimpin yang menyelesaikan masalah-masalah saat ini dengan mengoptimalkan potensi manusia melalui kecerdasan dan ketekunan.

Mengidentifikasi dan mengembangkan para pemimpin seperti itu di masa sekarang ini tentu merupakan tantangan besar. Bagi umat Islam, yang mewarisi tradisi Pemimpin besar Muhammad saw, Umar bin Khattab, atau Umar bin Abdul Aziz, zaman para pemimpin besar tampak sudah lewat. Kalau kita melihat Jakarta, dan melihat begitu banyak pemimpin yang menggerakkan bangsa ini, kita akan selalu bertanya mengenai kapasitas masyarakat zaman ini untuk menghasilkan para pemimpin dengan kecerdasan dan ketekunan yang cukup tinggi untuk memenuhi tantangan-tantangan abad ke dua puluh satu. Meskipun ada banyak orang brilian, kita bertanya apakah kita akan dapat menemukan para pemimpin yang mampu menggerakan masyarakat banyak dan memiliki kompleksitas permasalahan, ketingkat kemajuan dan kedewasaan baru.

7 FAKTA KEPEMIMPINAN
 
1. Satu orang dapat membuat perbedaan. Sadarilah sekecil apapun peran antum, antum tetap berharga daris sisi system organisasi. Secara system, Antum adalah komponen dari organisasi itu. Satu komponen dalam sebuah system yg melenceng akan berakibat fatal dan menimbulkan ketidakstabilan dalam system tersebut. Sekecil atau sebesar apapun amanah antum dalam organisasi tetap memiliki nilai yang penting yang tidak bisa diabaikan. Dapat antum bayangkan seandainya dalam rapat strategi perang, Salman Al Farisi menyimpan saja di dalam hati ide pembuatan parit dalam perang Khandak ? mungkin kemanangan dalam sejarah itu tidak akan pernah ada bukan ?

2. Kesuksesan hanya melalui bantuan Allah Swt. Coba renungkan, kesuksesan yang antum raih saat ini merupakan hasil usaha antum sendiri atau ada peran orang lain ? Siapakah yang menggerakkan hati orang tersebut untuk menolong antum ? Kita memang tidak dianjurkan untuk menjadikan kesuksesan sebagai tujuan utama. Sukses itu sendiri hanyalah milik Allah. Karena itu, kita tidak boleh sombong bila mendapatkan kesuksesan.

3. Kiota tidak perlu menjadi manager untuk menjadi pemimpin, namun seorang manager seyogyanya menjadi pemimpin aras apa yang menjadi amanahnya.

4. Bila tahu, kita bisa memimpin dimana saja. Jangan pernah khawatir kehilangan kekuasaan karena pemilik kekuasaan itu hanyalah Allah.

5. Esensi kepemimpinan sangat sederhana. Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada pemimpin dan ada pengikut. Satu waktu satu posisi. Dalam kelompok bila Anda bukan pemimpin, maka Anda adalah pengikut. Demikian pula sebaliknya.

6. Pemimpin itu dijadikan. Lahirnya Negara feudal karena ada asumsi bahwa pemimpin itu dilahirkan Dewa. Bagi kita, pemimpin itu dilahirkan dan dijadikan. Pemimpin itu dijadikan dari sejak orangtuanya bertemu, tumbuh dalam kandungan, mengikuti pendidikan, pelatihan dan mengamlkan ilmu-ilmu kepemimpinan.

7. Kepemimpinan yang baik tidak tergantung pada suasana apapun. Seorang pemimpin harus selalu waspada. Setiap celah dapat menjadi batu sandungan keberlangsungan peran kepemimpinannya. Celah itu dapat berupa kenikmatan, maupun kesulitan-kesulitan.

7 CARA MENUMBUHKAN SEIFAT KEPEMIMPINAN DALAM DIRI SESEORANG
1. Tingkatkan keikhlasan. Tingkatkan keikhlasan diwujudkan dengan meningkatkan keimanan. Bergabunglah bersama-ama orang yang berupaya ikhlas. Ikhlas dalam beramal berarti memberi pengertian bahwa kekuatan hanya milik-Nya dan kita berupaya untuk berada di sisi-Nya.

2. Ambil resiko. Menatap masa depan adalah resiko, termasuk menjalankannya. Waktu akan terus berjalan tanpa menunggu antum. Resiko akan selalu ada sekecil apapun usaha yang antum lakukan. Mengambil resiko artinya antum berani dan menyadari akan bahaya dan tantangan yang akan antum hadapi atas pilihan yang antum lakukan. Resiko bukan dihindari, namun untuk dikelola.

3. Jadilah orang yang inovatif. Perubahan akan terus berjalan tanpa memedulikan antum. Bila ingin yang terdepan maka ciptkanlah perubahan. Inovatif merupakan usaha untuk memberi nilai manfaat yang berbeda dari yang biasanya. Seorang pemimpin itu seorang innovator.

4. Bersedia untuk mengurus atau diatur. Esensi kepemimpinan adalah kesediaan untuk berkorban demi satu tujuan. Pemahaman atas kaidah ini bermuara dari visi dan misi seseorang. Untuk visi yang melebihi ambiasi dirinya, maka sudah selayaknya ia tunduk dan patuh untuk mengurus atau diurus demi tercapainya visi tersebut.

5. Milikilah harapan luhur. Memandang ke langiut berarti menanam harapan. Bila memandang ke bumi, terlihat betapa rendahnya bumi dibandingkan langit. Seorang yang memiliki harapan luhur akan memandang rendah nafsu duniawi dan berusaha meraih bintang dan langit. Pemimpin selalu menatapkan matanya ke arah luasnya harapan langit, bukan pada rendahnya nafsu bumi.

6. Peliharalah sikap postif. Energi itu berubah bentuk, tidak dihilangkan begitu saja. Bila kita menyebarkan energy negative, maka kita akan mendapatkan umpan baalik energy serupa. Alangkah bainya bila kita menyebarkan energy postif, karena itu akan memberi imbas yang baik untuk kita dan orang lain. Pemimpin akan selalu berusaha mengubah energy negative menjadi enegri positif dan mengembangkan energy positif di lingkungan sekitarnya.

7. Memahami kapan menjadi pemimpin dan kapan menjadi pengikut. Seni memimpin menuntut kita untuk siap bersikap sebagai pengikut. Kecerdasan kita untuk berpindah posisi dari pengikut menjadi pemimpin, atau juga sebaliknya menuntut usaha pengenalan lingkungan yang baik. Seorang yang berjiwa pemimpin akan tahu kapan berperilaku sebagai pemimpin dan akpan sebagai pengikut.

Wallahualam bishawab

Selamat menjadi para pemimpin umat ke depan…


- Nugroho Adinegoro (DKM Al-Mujtahid 2004) -
Read more

0 Sudah Cantikkah Jilbabku Hari Ini?

“Mau makan es krim sambil jalan?” Wajah seorang teman berkerut,kurang suka ketika saya menghentikan langkah dan ingin mencicipi sedikit kenikmatan es krim di siang terik pada saat hari libur.
“Iya.” Saya meringis mendapati perasaan tertangkap basah mendera.
“Kalau mau makan,ya kita berhenti dulu.Cari tempat untuk duduk.Kalau sambil jalan mending nggak usah deh.” Dengan tenang dia menambahi.
Tak saya dapati bangku untuk duduk duduk di sekitar situ.Bila memang tetap ingin membeli kemudian mencari tempat duduk,saya pastikan es krim itu akan meleleh habis disengat udara hari itu.Keinginan mengecap lezatnya es krim saya urungkan.

Di lain waktu dalam kesempatan sama(pada saat libur).Asyiknya ngobrol sambil berjalan.Tangan saya bergerak refleks mengambil botol air dan meminumnya menggunakan tangan kiri.
“Sudah memakai jilbab,minum sambil jalan dengan tangan kiri pula!” Dan lagi lagi saya merasa basah kuyup dengan teguran itu.Antara malu karena banyak sekali amalan saya yang masih belepotan,dan bersyukur karena memiliki teman teman yang tak segan menegur sebagai cermin dimana selalu memantau gerak gerik saya agar bisa lebih baik.

Selang beberapa waktu,ada postingan artikel syariah tentang larangan makan dan minum sambil berdiri di bulletin forum kami.Tentu saja sangat bermanfaat,meski hanya contoh kecil dalam keseharian yang terluput dari perhatian kita.

Dari Anas dan Qataidah,Rasullullah SAW bersabda:
Sesunggunya beliau melarang seseorang minum sambil berdiri,Qotadah berkata:”Bagaimana dengan makan?” Beliau menjawab:”Itu lebih buruk lagi”.(HR. Muslim dan Tirmidzi)

Bersabda Nabi dari Abu Hurairah,”Jangan kalian minum sambil berdiri! Apabila kalian lupa,maka hendaknya ia muntahkan!”(HR.Muslim)

Jilbab adalah symbol bagi muslimah.Sebuah tanggungjawab dimana kita dituntut untuk memenuhi kriteria kriteria tertentu sehingga bisa mewakili sebutan yang disematkan bagi penggunanya.Memang tak bisa instant,karena ilmu ilmu yang terpendam di sekitar kita menunggu untuk digali.Tetap istiqomah,terus berusaha mengisi kekosongan hingga kita bisa memuliakan jilbab itu sendiri dalam arti keseluruhan bukan hanya sebuah symbol.

Bila dilihat fenomena sekarang ini,jilbab terkadang hanya sebuah bagian assesoris,keindahan semu dengan mengesampingkan kaidah kaidah yang sesungguhnya.Kepala tertutup rapat,namun baju yang dikenakan membentuk jelas lekuk tubuh.Juga jilbab trendy minimalis alias hanya sampai sebatas leher,tak terjulur menutupi dada,sebagaiman tercantum dalam ayat berikut.

Katakanlah kepada wanita yang beriman:”Hendaklah mereka menahan pandangannya,dan memelihara kemaluannya,dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang(biasa)nampak daripadanya.Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…..(QS.An-Nur;31)

Atau telah berjilbab dengan kaidah yang benar,namun amalan masih butuh banyak perbaikan.Terlepas dari kekurangan yang bertempat dalam kodrati manusia.Adalah kewajiabn kita untuk selalu bertransform menuju kebaikan bukan?

Mengenakan sebuah hijab bagi seorang akhwat adalah sebuah langkah yang patut di puji meski sebenarnya wajib bagi muslimah yang telah akil baliq.Mengingat dampak global pada mode dan pergaulan antara lawan jenis yang semakin rawan,hijab bisa digunakan sebagai pengingat bahwa apa yang terlihat dari lahir,sebuah cermin dari dzahir.Memuliakan fungsi jilbab itu sendiri untuk mengagungkan dan menjaga kaum wanita.

Akhirnya pada sebuah event cukup besar di forum kami,mengharuskan menyeragamkan apa yang kami kenakan.Kebetulan saya bukan tipe orang yang telaten berlama lama di depan kaca untuk berdandan.Dalam hal berjilbab saya merasa nyaman dengan jilbab siap pakai,sekali dikenakan sudah bisa keluar,tanpa harus mengepaskan ini dan itu seperti jilbab kain.Namun kali ini saya memang harus mengenakan jilbab kain,karena jilbab siap pakai saya tak ada yang sewarna dengan ketentuan kostum hari itu.

Tiba di tempat event,seorang teman menegur saya.Dia berkata jilbab saya tak rapi dsb dsb.Padahal saya merasa sudah ok,dan maksimal dengan pengorbanan waktu lebih lama untuk berkaca.Kemudian saya pasrahkan penampilan jilbab saya padanya untuk dirombak kembali.

Setelah beberapa saat,bayangan saya dicermin memang lebih rapi dan manis(menurut saya hehehe).Dan berjanji bahwa lain kali akan lebih teliti.

Itulah gambaran dalam berjilbab.Baik dalam arti harfiah dan sesungguhnya.Terkadang kita memang membutuhkan waktu dan amalan lebih untuk hasil yang memuaskan pula.Sering bercermin(bertafakur) menginstropeksi diri.Tak segan bertanya dan menerima teguran dari orang orang sekitar kita.”Sudah cantikkah jilbabku hari ini…?”

Wallahu'alam Bishawab



Read more

0 Seorang Miskin Membangun Masjid Paling Aneh di Dunia

Bentuknya boleh sederhana, namun jamaah sudah berdatangan dari penjuru desa sebelum waktu shalat masuk

Mungkin kita tak percaya jika tidak melihat faktanya. Seorang yang tidak kaya, bahkan tergolong miskin, namun mampu membangun sebuah Masjid di Turki. Nama masjidnya pun paling aneh di dunia, yaitu “Shanke Yadem” (Anggap Saja Sudah Makan). Sangat aneh bukan? Dibalik Masjid yang namanya paling aneh tersebut ada cerita yang sangat menarik dan mengandung pelajaran yang sangat berharga bagi kita.

Ceritanya begini :

Di sebuah kawasan Al-Fateh, di pinggiran kota Istanbul ada seorang yang wara’ dan sangat sederhana, namanya Khairuddin Afandi. Setiap kali ke pasar ia tidak membeli apa-apa. Saat merasa lapar dan ingin makan atau membeli sesuatu, seperti buah, daging atau manisan, ia berkata pada dirinya: Anggap saja sudah makan yang dalam bahasa Turkinya “ Shanke Yadem” .

Nah, apa yang dia lakukan setelah itu? Uang yang seharusnya digunakan untuk membeli keperluan makanannya itu dimasukkan ke dalan kotak (tromol)… Begitulah yang dia lakukan setiap bulan dan sepanjang tahun. Ia mampu menahan dirinya untuk tidak makan dan belanja kecuali sebatas menjaga kelangsungan hidupnya saja.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun Khairuddin Afandi konsisten dengan amal dan niatnya yang kuat untuk mewujudkan impiannya membangun sebuah masjid. Tanpa terasa, akhirnya Khairuddin Afandi mampu mengumpulkan dana untuk membangun sebuah masjid kecil di daerah tempat tinggalnya. Bentuknyapun sangat sederhana, sebuah pagar persegi empat, ditandai dengan dua menara di sebelah kiri dan kanannya, sedangkan di sebelah arah kiblat ditengahnya dibuat seperti mihrab.

Akhirnya, Khairuddin berhasil mewujudkan cita-ciatanya yang amt mulia itu dan masyarakat di sekitarnyapun keheranan, kok Khairuddin yang miskin itu di dalam dirinya tertanam sebuah cita-cita mulia, yakni membangun sebuah masjid dan berhasil dia wujudkan. Tidak bayak orang yang menyangka bahwa Khairud ternyata orang yang sangat luar biasa dan banyak orang yang kaya yang tidak bisa berbuat kebaikan seperti Khairuddin Afandi.

Setelah masjid tersebut berdiri, masyarakat penasaran apa gerangan yang terjadi pada AKhiruddin Afandi. Mereka bertanya bagaimana ceritana soerang yang miskin bisa membangun masjid. Setelah mereka mendengar cerita yang sangat menakjubkan itu, merekapun sepakat memberi namanya dengan: “Shanke yadem” (Angap Saja Saya Sudah Makan).

Subhanallah! Sekiranya orang-orang kaya dan memiliki penghasilan lebih dari kaum Muslimin di dunia ini berfikir seperti Khairuddin, berapa banyak dana yang akan terkumpul untuk kaum fakir miskin? Berapa banyak masjid, sekolah, rumah sakit dan fasilitas hidup lainnya yang dapat dibangun? Berapa banyak infra struktur yang dapat kita realisasikan, tanpa harus meminjam ke lembaga dan Negara yang memusuhi Islam dan umatnya?

Jamah yang melimpah, tanda keberkahan dan amal sholeh dari harta yang halal dan bersih

Kalaulah kaum Muslimin saat ini memiliki konsep hidup sederhana dan mementingkan kehidupan akhirat dan mengutamakan istana di syurga ketimbang rumah di dunia, seperti yang dimiliki Khairuddin Afandi, pastilah umat ini mampu meninggalkan yang haram dan syubhat dalam hidup mereka. Mereka pasti mampu mengalahkan syahwat duniawi yang menipu itu. Sebagai hasilnya, pastilah negeri-negeri Islam akan berlimpah keberkahan yang Allah bukakan dari langit dari bumi. Kenyataannya adalah sebaliknya.(Q.S. Al-A’raf / 7 : 96) Maka ambil pelajaranlah wahai orang-orang yang menggunakan akal sehatnya!


Note : (FJ)Dari buku “Keajaiban Sejarah Ustmani”, oleh : Ust. Urkhan Mohamad Ali
Read more

0 The Beauty of Giving

Cinta itu indah. Karena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Dan inti pekerjaannya adalah memberi. Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang-orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya.

Para pencinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam hidup mereka : memberi. Terus menerus memberi. Dan selamanya begitu. Menerima? Mungkin, atau bisa juga jadi pasti! Tapi itu efek. Hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab, adalah hakikat di alam kebajikan bahwa setiap satu kebajikan yang kita lakukan selalu mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk dilakukan juga.

Itu juga yang membedakan para pecinta sejati dengan para pencinta palsu. Kalau kamu mencinta seseorang dengan tulus, ukuran ketulusan dan kesejatian cintamu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air. Maka kamu adalah matahari. la tumbuh dan berkembang dari siraman airmu. la besar dan berbuah dari sinar cahayamu.

Para pencinta sejati tidak suka berjanji. Tapi begitu mereka memutuskan mencinta seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Setiap satu rencana memberi terealisasi, setiap itu satu bibit cinta muncul bersemi dalam hati orang yang dicintai. Janji menerbitkan harapan. Tapi pemberian melahirkan kepercayaan.

Bukan hanya itu. Rencana memberi yang terus terealisasi menciptakan ketergantungan. Seperti, pohon tergantung dari siraman air dan cahaya matahari. Itu ketergantungan produktif. Ketergantungan yang menghidupkan. Di garis hakikat ini, cinta adalah cerita tentang seni menghidupkan hidup. Mereka menciptakan kehidupan bagi orang-orang hidup. Karena itu kehidupan yang mereka bangun seringkali tidak disadari oleh orang-orang yang menikmatinya. Tapi begitu sang pemberi pergi, mereka segera merasakan kehilangan yang menyayat hati. Tiba-tiba ada ruang besar yang kosong tak berpenghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang hilang tak berpenghuni. Tiba-tiba ada kehidupan yang hilang.

Barangkali suatu saat kamu tergoda untuk menguji dirimu sendiri. Apakah kamu seorang pencinta sejati atau pencinta palsu. Caranya sederhana. Simak dulu pesan Umar bin Khattab ini: hanya ada satu dari dua perasaan yang mungkin dirasakan oleh setiap orang pada saat pasangan hidupnya wafat : merasa bebas dari beban hidup atau merasa kehilangan tempat bergantung.

Sekarang bertanyalah pada pasangan hidup Anda tanpa dia ketahui. Jika aku mati sekarang, apakah kamu akan merasa bebas dari sebuah beban atau akan merasa kehilangan tempat bergantung? Kalau dia merasa kehilangan, maka dilangit hatinya akan ada mendung pekat yang mungkin menurunkan hujan air mata yang amat deras. Jika tidak, mungkin senyumnya merekah sambil berharap bahwa kepergianmu akan memberinya kesempatan baru untuk membangun kehidupan yang lebih baik

 - Serial Cinta Ust. Anis Matta -
Read more

0 Hasan Al-Banna: Sang Reformer Sejati (II-Habis)

Da’wah yang Membangkitkan
Berangkat dari keprihatinannya dan keyakinannya bahwa metode ceramah di masjid saja tidak cukup untuk menyebarluaskan akidah dan fikrah Islam di tengah masyarakat, maka ia mulai melakukan pengorganisasian sekelompok mahasiswa dari Universitas Al-Azhar dan Darul Ulum yang berminat pada training penyadaran dan pelatihan da’wah, untuk kemudian diterjunkan langsung di tengah masyarakat.

Mereka melakukan pembinaan kader-kader da’wah ini di masjid-masjid. Dan ternyata, metode penyadaran ini membuahkan sukses besar di kemudian hari.

Sebab, langkah-langkah mereka dilanjutkan di tempat-tempat umum secara langsung berinteraksi dengan khalayak ramai, seperti di warung-warung kopi dan acara-acara tempat berkumpulnya masyarakat, dengan sasaran memperkokoh idealisme Islam dan menyebarluaskannya ke berbagai kalangan.

Hasan Al-Banna pun rajin membangun dialog dengan para pemuka agama dan tokoh-tokoh masyarakat. Ia berulang kali mengunjungi perpustakaan salafiyah yang dipimpin oleh Muhibuddin Al-Khatib, untuk membaca dan berdialog dengannya; bergaul dengan Rashid Ridha As-Suri yang dipandang sebagai pewaris pemikiran Muhammad Abduh serta penulis tafsir Al-Manar ; menjadikan Farid Wajdi dan Ashmad Taimur Pasha sebagai mitra dialog yang dikaguminya.

Sebab ia melihat bahwa mereka ini adalah tokoh-tokoh yang concern terhadap persoalan-persoalan Islam dan umatnya.

Upayanya untuk membangun dialog dengan berbagai kalangan akhirnya mengantarkannya berdialog dengan para ulama Al-Azhar, yang kala itu merupakan pilar-pilar pemikiran Islam. Al-Banna mengkritik perlawanan mereka yang tidak efektif dan sikap menyerah mereka terhadap arus westernisasi, missionarisasi, permisivisasi, dan hedonisasi yang telah mencabik-cabik bangunan masyarakat Muslim .

Akhirnya Al-Banna merasakan dengan sadar bahwa telah tiba saatnya untuk melakukan sesuatu dan memetakan dengan jeli berbagai persoalan dalam rangka menyamakan visi perjuangan. Ia melihat dengan jelas bahwa inilah saatnya untuk merumuskan langkah-langkah strategis guna menyelamatkan umat Islam, dan berperan nyata dalam upaya mewujudkan tujuan, misi, dan visi perjuangan.

Pada akhir masa studinya di Universitas Darul Ulum, pihak kampus meminta para mahasiswa untuk menulis makalah dengan tema: “Obsesi terbesar setelah menyelesaikan studi, dan sarana untuk mewujudkannya”.

Al-Banna mulai menulis apa yang ditugaskan oleh Fakultasnya, yang diantara cuplikannya ia menyatakan, “Aku berkeyakinan bahwa sebaik-baik jiwa adalah jiwa yang dalam memahami hakikat kebahagiaan, tolok ukurnya adalah sejauh mana ia dapat membahagiakan umat manusia dan dapat memberikan bimbingan kepada mereka.

Adapun perasaan gembira juga tergantung pada sejauh mana ia mampu menggembirakan mereka dan memberikan perlindungan kepadanya. Berkorban dalam rangka melakukan ishlah (reformasi, perbaikan) yang menyeluruh akan dihitung sebagai keuntungan dan ghanimah. Berjihad di jalan yang benar dan berhidayah –sekalipun sangat terjal dan banyak kesulitan yang harus dihadapi- merupakan hiburan dan kenikmatan sejati.”

“Aku berkeyakinan bahwa tujuan tertinggi yang wajib dituju oleh setiap insan dan merupakan keuntungan terbesar yang harus diraih adalah ridha Allah swt. Dengan itulah Dia akan memasukkannya ke dalam ‘pekarangan suci’-Nya, menyandangkan padanya ‘selendang’ kelembutan-Nya, serta menjauhkannya dari adzab-Nya.

Orang yang ingin meraih tujuan ini, di hadapannya terdapat dua jalan, yang masing-masing memiliki karakter dan keistimewaan. Ia dapat menempuh jalan mana saja yang dikehendaki.



Pertama, jalan tasawuf yang benar, yang tercermin dalam sikap ikhlas dan amal, serta memalingkan hati dari kesibukan dengan sesama makhluk, yang baik maupun yang buruk. Jalan ini lebih dekat dan lebih selamat.

Kedua, jalan ta’lim (pendidikan) dan irsyad (bimbingan) –yang sama seperti di atas- dalam hal sikap ikhlas dan amal, namun berbeda dalam hal bergaul dengan orang lain, mempelajari keadaan mereka, memahami perkumpulan-perkumpulan mereka, serta mencari tahu terapi macam apa yang mujarab untuk mengobati penyakit-penyakit yang tengah menghinggapi umat.

Ini lebih mulia dan lebih agung, karena Al-Qur’an menyarankannya dan Rasul pun menyatakan keutamaannya. Yang kedua ini lebih tepat, setelah aku menempuh jalan yang pertama, karena kemanfaatannya yang berlipat ganda dan keutamannya yang agung.”

Di antara kedua jalan di atas, jalan kedua inilah yang lebih wajib bagi para muta’allim (penuntut ilmu) dan yang terbaik pula bagi yang sudah ‘alim (berilmu).

‘Agar mereka dapat memberikan peringatan kepada kaumnya ketika mereka kembali ke tengah-tengah mereka, sehingga kaum itu menjadi berhati-hati.’ (At-Taubah : 122)”

“Aku berkeyakinan bahwa umatku –lantaran pergolakan politik yang menimpanya, pergeseran nilai-nilai sosial, serta pengaruh peradaban Barat, westernisme, materialisme, serta tradisi Eropa- menjadi jauh dari kehendak agama mereka dan tujuan Kitab mereka, lupa terhadap kemuliaan dan keagungan generasi sebelum mereka dan lupa terhadap peninggalan para pendahulu mereka. Akibatnya agama yang benar ini tercemari oleh nilai-nilai ideologi lain yang gelap dan asing. Hakikat agama yang putih cemerlang telah tertutup dari pandangan mereka. Demikian pula dengan nilai-nilai pendidikan dan pengajaran yang lurus tertutupi oleh tirai kerancuan dan kepalsuan yang dilatari oleh berbagai pemikiran aneh. Akhirnya, umat yang awam pun terperosok ke dalam gelapnya kebodohan. Para pemuda dan kaum berilmu juga tersesat dalam lembah kebingungan dan keragu-raguan, yang akibatnya mereka mewarisi aqidah yang rusak, mengalami skeptisisme dan kehampaan spiritual, dan keimanan bergeser menjadi kekufuran.”

“Aku juga berkeyakinan bahwa jiwa manusia pada hakikatnya penuh dengan cinta. Ia harus memiliki arah yang menjadi labuhan bagi curahan cintanya. Saya tidak melihat seorang pun yang lebih mulia dari emosi cintaku selain seorang sahabat yang ruhnya menyatu dengan ruhku, sehingga dengan sepenuh hati kuberikan cintaku padanya, dan kuutamakan ia untuk menerima persahabatanku ini.”

Al-Banna memandang bahwa untuk menyikapi kondisi seperti ini, misi utamanya adalah membalikkan arus negatif ini. Untuk mewujudkan itu ia harus menjadi guru, pendidik, dan da’i; berkhidmat membina para remaja di siang hari dan para orangtua mereka di malam hari. Dengan demikian ia dapat menyampaikan tujuan-tujuan agama kepada mereka semua, sebagai sumber kebahagiaan dan kesejahteraan dalam hidup mereka.

Awal Berdirinya Al-Ikhwan Al-Muslimun
Hasan Al-Banna membulatkan tekadnya. Di tengah kesulitan dan tribulasi yang menghadangnya, tokoh muda yang menakjubkan ini mulai berpergian ke berbagai kota dan desa-desa di seluruh penjuru Mesir untuk berda’wah dan melakukan pembinaan. Sekitar tiga ribu dari empat ribu desa di seluruh Mesir telah ia masuki.

Dan selama kurang lebih dua puluh tahun, ia berupaya keras membangun kembali puing-puing masyarakat yang hancur oleh penjajahan budaya dan militer dan menghembuskan ruh kehidupan baru pada tubuh yang tak berdaya itu.

Di tengah kesibukannya berda’wah, ia senantiasa tetap menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok Islam, para tokoh, ulama, dan juga sahabat-sahabatnya yang telah berikrar bersama untuk berkhidmat pada misi Islam. Organisasi Pemuda Muslim memperoleh perhatian yang istimewa darinya, sebab ia ikut membantu pembentukan-nya pada tahun 1927, menjelang kelulusannya sebagai sarjana pada tahun yang sama.

Tetapi karena ia tidak melihat pada organisasi ini adanya pandangan yang luas dalam menatap persoalan umat, maka setahun kemudian, tepatnya pada Dzulqa’dah 1347 H atau Maret 1928, Al-Banna beserta enam orang sahabatnya mengumumkan secara resmi berdirinya jama’ah Al-Ikhwan Al-Muslimun. Bertepatan dengan usianya yang 22 tahun!

Ini memang sebuah misi yang menuntut kerja keras dan pengorbanan bagi setiap anggota atau kadernya, kajian dan pemahaman yang mendalam, disamping stamina yang mampu menghadapi ujian fisik dan mental, sementara jiwanya digadaikan untuk Allah.

Tekad Al-Banna telah membaja, hingga ia mengatakan, “Ini adalah perjanjian antara diriku dengan Tuhanku. Aku bersumpah pada diriku sendiri dan disaksikan oleh sahabatku dalam kesendirian yang hanya dapat dirasakan oleh perasaanku, dan diwaktu malam hening yang hanya diketahui oleh Dzat yang Maha Mengetahui...

‘Barangsiapa menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar.’ (QS.Al-Fath: 10)”.

Perjuangannya memang spektakuler. Di tengah hantaman badai dan gelombang ujian dahsyat yang menimpa dirinya dan para kadernya secara bertubi-tubi, jama’ahnya tumbuh dan berkembang menjadi sebuah gerakan Islam modern terbesar di dunia.

Eksistensi gerakan ini semakin meluas dengan jumlah kader dan pendukung gerakan ini terus bertambah di berbagai belahan dunia Islam dan Arab. Bahkan juga di luar negeri-negeri Islam seperti Eropa, Amerika, Afrika, Asia Timur dan Tenggara, Australia, dan negeri-negeri lainnya.

Organisasi cabangnya yang telah berdiri secara resmi ada di 80 negara. Sementara, eksistensi gerakan Al-Ikhwan ini ada di sekitar 120 negara di 5 benua.

Belum lagi, gerakan-gerakan Islam lain di dunia ini yang menjadikan gerakan Al-Ikhwan sebagai model, dan manhaj da’wah-nya sebagai rujukan, demikian banyak. Juga tulisan-tulisan dan kitab-kitab ilmiah karya para pemikir dan kader-kader Al-Ikhwan yang menjadi bahan bacaan dan acuan para akademisi dan aktivis da’wah di seluruh dunia yang membanjiri toko-toko buku dan perpustakaan.

Dalam mensifati gerakannya, Al-Banna mengungkapkan dalam risalahnya Al-Ikhwan tahta Rayat Al-Qur’an sebagai berikut : “Kami bukanlah sebuah partai politik, meskipun politik berdasar kaidah-kaidah Islam ada dalam pemikiran kami. Kami bukanlah organisasi sosial yang reformis, meskipun kegiatan amal dan reformasi merupakan tujuan kami yang paling utama. Kami bukanlah klub olah raga, meskipun olah raga merupakan salah satu program wajib kami. Kami bukanlah bentuk-bentuk perhimpunan seperti itu, sebab semuanya bersifat temporer dan terbatas, yang kadang-kadang dibentuk hanya sekedar keinginan memperoleh sesuatu saja. Sedangkan kami wahai sekalian manusia- adalah sebuah fikrah dan aqidah, sistem dan jalan hidup yang tidak dibatasi oleh wilayah geografis dan diikat oleh etnis, dan tidak sirna karena diterpa persoalan, hingga Allah mewariskan bumi ini dan seisinya. Sebab, ia adalah sistem dan manhaj buatan Rabb semesta alam, dan jalan yang ditempuh Rasul-Nya yang amanah. Kami –bukan untuk berbangga- adalah para sahabat Rasulullah dan pembawa panji-Nya setelah mereka, pengibar bendera seperti mereka, penyebar agama seperti mereka, pemelihara Al-Qur’an seperti mereka, pelaku da’wah seperti mereka, dn rahmat Allah bagi seluruh alam. ‘Dan sungguh kalian akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Qur’an beberapa waktu yang tak lama lagi.’ (QS.Shad: 88).”

Demikianlah Imam Hasan Al-Banna menginginkan gerakan da’wahnya bukan sekedar formalitas organisasional, melainkan sebuah gerakan Islam yang positif yang mampu menghadirkan kembali spirit dan semangat para sahabat Nabi ke abad kini.

Dalam perjalanannya pun Hasan Albana turut memperjuangakan kemerdekaan Indonesia dengan menggalang dukungan ulama-ulama dunia dan melakukan silaturahmi dengan ulama-ulama Indonesia



Kini, di awal abad dua puluh satu, umat Islam sedunia membutuhkan “Al-Banna”baru untuk membangkitkan spirit dan moralitas umat agar mampu menghadapi terpaan dahsyat “The Fourth Wave”, yang dapat meluluh-lantakkan ideologi dan idealisme luhur setiap muslim, dan tampil sebagai pemenang. Wallahu a’lam bish-shawwab.(Syamsul Balda)


Read more

0 Hasan Al-Banna: Sang Reformer Sejati (I)


“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun, orang yang membawa pembaharuan pemahaman agamanya.” (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim, dari Abu Hurairah).

Diantara sunnatullah yang berlaku di dunia ini adalah munculnya tokoh pada masa yang sesuai dengan kebutuhan zaman tertentu, sehingga pada setiap penghujung abad Allah mengutus seseorang yang akan membangkitkan agama untuk umat ini dan mengembalikan vitalitasnya.

Sejarah membuktikan bahwa, dalam diri umat yang tengah menderita sakit dan terlelap dalam tidur panjang, sebenarnya menyimpan potensi besar yang sewaktu-waktu, dikala sulit, dapat muncul sebagai kekuatan yang menggentarkan manakala ada seorang pemimpin yang menyadarkan, membangunkan dan membangkitkannya.



Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Bumi ini tidak akan pernah sepi dari orang yang bangkit karena Allah dengan hujjah.” Bisa jadi tokoh yang hadir memenuhi kebutuhan zaman itu adalah seorang imam besar seperti Umar bin Abdul Aziz; bisa jadi seorang tokoh militer seperti Nuruddin Mahmud atau Shalahuddin Al-Ayyubi; bisa jadi seorang intelektual dan tokoh da’wah seperti Abu Hamid Al-Ghazali; dan bisa jadi seorang Murabbi ruhiyyah (guru spiritual) seperti Abdul Qadir Al-Jailani; bisa jadi seorang pembaharu fiqih, pendidikan, dan pembaharu pemikiran seperti Abu Al-Abbas Ibnu Taimiyah.

Masing-masing dari mereka melakukan pembaharuan di bidang-bidang yang dibutuhkan oleh zamannya dan lingkungan di mana mereka hidup.

Kondisi umat Islam, khususnya dunia Arab, pada penghujung abad dua puluh ini membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki pemikiran jauh menembus cakrawala ke depan, kepekaan yang prima, iman dan keyakinan yang kokoh, tekad kuat dan mental baja, yang merasakan dan memahami apa yang dirasakan dan dibutuhkan umatnya, mampu mendiagnosa penyakit yang tengah dialami umatnya, menentukan terapi dan obatnya yang tepat, dan sabar mengikuti perkembangan proses pemulihan kondisi umatnya dari masa-masa sakit hingga masa sembuhnya dan kembali bugar serta memiliki stamina prima.

Kilas Balik Sejarah
Pemimpin yang dinanti-nantikan itu adalah Hasan Al-Banna. Seorang yang dikaruniai Allah banyak kelebihan sejak dini, faktor yang banyak mendukung kemampuannya dalam mengemban tugas-tugas da’wahnya. Lingkungan pedesaan di mana ia lahir dan dibesarkan penuh dengan nuansa keagamaan yang kental, jauh dari suasana kota metropolitan dan pengaruh budaya asing yang tidak islami.



Ia dididik oleh ayahnya, seorang ulama hadits yang menyusun dan mengkodifikasi ulang secara sistematis kitab Al-Musnad karya Imam Ahmad bin Hanbal , dan juga para ulama dan ustadz yang shalih, hingga telah mampu menghafal Al-Qur’an sejak usia belia, menghafal Hadits, Syi’ir, dan kitab-kitab matan dalam berbagai disiplin ilmu agama.

Sementara, dalam pembinaan ruhiyah-nya, sejak kecil ia telah bergabung dengan Thariqat Hushafiyah, sebuah thariqat sunniyah (sesuai dengan sunnah Rasul saw), yang berpengaruh pada pembentukan pribadi, watak dan karakternya. Namun ia merasa belum menemukan apa yang tengah ia cari.

Pada usia remaja, ia pindah dari kampung halamannya, Al-Mahmudiyah, ke kota Damanhur, ibukota propinsi Al-Buhairah, Mesir, untuk meneruskan studinya di kota tersebut; bertepatan dengan tengah memanasnya suhu politik dan pemikiran yang mengubah konstalasi sosial, politik, ekonomi, dan pemikiran dekade dua puluhan di Mesir.

Dengan ketajaman mata hatinya dan kecerdasan akal fikirannya, ia mengamati seluruh fenomena empiris di hadapannya, berupa krisis moral, sosial, ekonomi, politik, pendidikan, agama, dan pemikiran; yang tengah menggerakkan negerinya menuju lembah kehancuran dan kehinaan. Berbagai persoalan besar itu terus menggayuti fikirannya.

Mengapa umat Islam menjadi seperti ini? Siapa yang dapat menanggung beban mereka ? Bagaimana mengatasi ini semua?. Ia lalu menemui para ulama dan tokoh masyarakat untuk mencari solusi, akan tetapi hanya sedikit di antara mereka yang memberi respon positif, selebihnya tidak.

Kemudian Ia menghubungi kawan-kawannya seperguruan di Thariqat Hushafiyah, namun mereka tidak meresponnya dengan serius. Pada tahun kedua di Mesir, ia mengadakan kontak dengan kelompok keagamaan, Jam’iyyah Makarim Al-Akhlaq Al-Islamiyyah, yang kegiatannya lebih banyak pada ceramah tentang agama Islam. Namun ia menilai ini juga tidak akan cukup untuk menghadapi gelombang besar de-islamisasi yang tengah melanda umat.

Menghadapi ini semua, ia pun berkata, “Wallahu a’lam bish-shawab, bermalam-malam kuhabiskan waktu untuk menyelami kondisi umat ini, di mana posisinya di berbagai bidang kehidupan. Aku berusaha menganalisa, mendiagnosa penyakitnya, memikirkan terapi yang tepat serta menentukan obatnya. Hatiku terpanggil berbalut rasa pedih, hingga aku menangis sedih meneteskan air mata...”
Read more

0 Apa Kabar Mentoring Kita Hari Ini?


Mungkin kita sering ya merasa jenuh dan bosan dengan apa yang disebut 'mentoring' , 'halaqoh' , 'melingkar' , dan sejenisnya yang terangkum dalam kata TARBIYAH. Saya pun juga dulu sering merasa demikian. Bukan berarti "wajar" kalau bosan dengan mentoring dan sebagainya, tapi saya ingin agar kita sama-sama memperbaiki sudut pandang kita tentang satu kegiatan dahsyat full manfaat ini.

Loh, bukannya mentoring atau liqo itu cuma 'mengaji' aja ya ? Membahas tentang keislaman yang itu-itu saja. Eits, tarbiyah TIDAK sesederhana itu bung! Bayangkan 'hanya' dengan tarbiyah yang SEHAT Rasulullah berhasil membawa umat manusia (bangsa Arab pada khususnya) kepada apa yang disebut dengan kesuksesan. Baik dunia maupun akhirat. Juga membawa kita semua dari zaman onta menuju zaman toyota. Ini fakta! Bukan rekaan belaka!

Wah kalo gtu keren banget dong yang namanya TARBIYAH itu ..

Jelas! Namun, ada syaratnya agar kita bisa mendapat manfaat maksimal seperti itu. Agar kita ga cuma mendengar dan didengar, tetapi kita juga akan bisa MENGUBAH dan MEMBANGUN PERADABAN!
Mantap gan!

Emang apa aja syaratnya?

Sabar bos. Sebelumnya yuk kita periksa diri. Check up dulu keadaan tarbiyah kita. Sehat atau malah sedang sekarat?
Yuk kita mulai periksa ..

Bagaimana keadaan kita pas ingin memulai mentoring? Segar bugar? Atau pucat dan lemas seperti kapas? Mudah tertiup angin. Jadi pikiran mudah terbawa kemana-mana, dan kepala mudah jatuh (tertidur) karenanya.

Kalau segar, alhamdulillah. Tapi kalau lemas, lesu, letih, letoy, ga semangat, ini na'uzubillah.
Kudu dianalisis kenapa bisa begini. Biasanya sih karena waktu yang digunakan ga pas. Maksudnya? Iya , kita sering menggunakan waktu-waktu SISA untuk liqo atau mentoring. Jadi tenaga yang digunakan adalah tenaga SISA sehari tadi, waktunya waktu SISA, infaqnya uang SISA (malah seringnya ga infaq), semangatnya pun jadi semangat sisa. Lebih bahayanya lagi kalau murobbinya juga memeberi materi SISA karena ga kepikiran mau ngasih matei apa. Ini mah udah akut pisan. Satu hal yang harus kita ingat. KALAU KITA HANYA MENGGUNAKAN SEGALA SISA UNTUK DAKWAH, JANGAN BERMIMPI MENDAPATKAN HASIL OPTIMAL AKHIRNYA. Bahkan kita mungkin Allah beri pahala sisa, rahmat sisa, dan parahnya nanti Allah hanya memberikan kita JATAH SISA SURGA (padahal GA MUNGKIN bersisa, jadi kata lainnya adalah Neraka) Na'uzubillah .

Kemudian gimana hubungan kita dengan sesama teman satu geng kita? Udah pada ITSAR? Bukan sekadar kenal, tapi harus ITSAR. Ini baru yang SEHAT! Jangan sampai kita tidak update terhadap kabar teman satu grup kita. Itu mah kebangetan! Ingat disini mentoring juga bisa dikatakan keluarga. USRAH. Jadi GA WAJAR banget kalau kita tidak tahu dan tidak mau tahu keadaan keluarga kita.

Nah sekarang bagaimana hubungan kita dengan kepala geng? Alias Murobbi atau Mentor kita?
Ah baik-baik aja kayaknya. Eh, jangan ambil kesimpulan dulu. Kita renungkan dan kita ingat apa posisi murobbi bagi kita. Yak tepat! Sebagai SAHABAT, ORTU, GURU, dan SYEIKH. Kalau tidak terwujud salah satu , dua, tiga, atau empat-empatnya itu berarti ada masalah bung!

Loh kenapa emang kok bisa disebut bermasalah. Perasaan lancar-lancar aja deh.
Nih kita lihat ..

Halaqoh atau mentoring kamu berfungsi sebagai apa?

1. Tempat persidangan : di sini para mutarobbi seakan-akan disidang oleh murobbinya. Suasananya angker dan tegang banget. Jadi interaksi yang terjadi hanya satu arah. Udah gitu tampang murobbi kita juga seram, jadi aja makin mendukung suasana persidangan. Kita selalu tertekan. GA KONDUSIF!

2. Tempat curhat : emang baik sih. Tapi curhat itu salah satu agenda mentoring bukan mentoring salah satu cara curhat! Masalah kita memang banyak, nah di sini lah peran tarbiyah untuk mendewasakan kita. Kalau kita curhat mulu kerjaannya, kapan kita membahas permasalahan umat ? Kapan kita men-charge diri kita agar menjadi jauh lebih siap ke depannya.

3. Tempat nongkrong dan kongkow : ini terjadi kalau hubungan kita terlalu cair. Cair boleh tapi jangan sampai keluar dari wadahnya. Jangan sampai kegiatan kita pas mentoring dari awal sampai akhir hanya TERTAWA dan BERCANDA saja. Jangan berlebihan! Karena itu bisa mengeraskan hati kita. Dan hubungan yang terlalu cair bisa menghilangkan rasa hormat dari mutarobbi ke murobbi. Wah bahaya! Kalau udah ga hormat gimana mau taat?

4. Tempat mencari jati diri dan pengembangan potensi : nah ini bisa dikatakan bentuk ideal. Contohnya mah gampang. Lihat Umar bin Khattab, tarbiyah yang seperti ini bisa menggerakkan Umar untuk menyumbangkan SEPARUH HARTANYA di jalan ALLAH. Atau Abu Bakar, yang SELURUH HARTANYA ia infaqkan. Atau seperti Khalid bin Walid yang tetap TAAT walaupun 'DIPECAT' dari jabatan panglima.



Nah bagaimana dengan kita?
Izinkan saya bertanya pada kita semua, APA KABARNYA TARBIYAH KITA HARI INI?
Read more

0 Untukku... Untukmu... Untuk Kita Renungkan... Kenapa Kita Diuji ?

KENAPA AKU DIUJI?
Surah Al-Ankabut ayat 2-3
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

KENAPA AKU TIDAK MENDAPATKAN APA YANG AKU IDAM-IDAMKAN?
Surah Al-Baqarah ayat 216
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

KENAPA UJIAN SEBERAT INI?
Surah Al-Baqarah ayat 286
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

RASA FRUSTASI?
Surah Al-Imran ayat 139
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

BAGAIMANA AKU HARUS MENGHADAPINYA?

Surah Al-Imran ayat 200
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.

Surah Al-Baqarah ayat 45
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI?
Surah At-Taubah ayat 111
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.

KEPADA SIAPA AKU BERHARAP?

Surah At-Taubah ayat 129
Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Ilah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal

AKU TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!!
Surah Yusuf ayat 87
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

Surah An-Nisaa' ayat 86
Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.

Pesan Hasan Al-Banna:

"Sesungguhnya amanah yang ada itu lebih banyak dari waktu yang tersedia, untuk itu bantulah saudaramu dalam menyelesaikannya serta sederhanakanlah apa yang bisa disederhanakan"

Subhanallah..ikhwahfillah....
Mari kita berbenah dan terus berbenah..untuk mempersembahkan yang terbaik dalam masa hidup kita...Dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah... Dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun..selama ALLAH SWT menjadi "..just The ONE goal.." Insya Allah akan "bahagia" sebagaimana doa yang sering terlantun untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

Ya Rabb, jangan Kau ambil nikmat Hidayah yang ada pada hati ini…dan tanamkan rasa cinta padaMu di hati ini…


-Imam Kamarudin Saleh (DKM AM 2005)-
Read more

0 Resume Tatsqif Bulan Januari 2011: Konsep Diri

TASQIF BULAN JANUARI 2011

Hari/tanggal : Jumat/21 Januari 2011
Tempat : Ruang Multimedia SMAN 22 Bandung
Pemateri : Yahdi Siradj (I-tsar)
Materi : Konsep Diri

RESUME TASQIF
Konsep Diri
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 56)
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Q.S. Al-Baqarah [2]: 30)

Sabda Rasulullah Shalallahu'alaihi wa salam:
"Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamnau. Bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok."

Hurlock (1990:58)
Memberikan pengertian konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.
Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri meliputi karakteristik fisik, psikologi, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi.

3 Pertanyaan mendasar manusia:
1. Dari mana saya berasal?
2. Untuk apa saya berada di dunia?
3. Saya akan ke mana setelah mati?


"Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamnau. Bekerjalah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok."

Pengurus DKM Al-Mujtahid 2010-2011
Peresume:
Aldi Andika Pratama (Divisi Media dan Publikasi)
Read more

0 Resume Tatsqif Bulan November 2010: Leadership

TASQIF BULAN NOVEMBER

Hari/tanggal : Jumat/26 November 2010
Tempat : Masjid DKM Al-Mujtahid SMAN 22 Bandung
Pemateri : Nugroho Adinegoro (Alumni DKM Al-Mujtahid SMAN 22 Bandung Angkatan 2004)
Materi : Leadership

RESUME TASQIF

Leadership.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."  (Q.S. Al-Baqarah [2]: 30)

"Setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya." (Al-Hadis)

Kepemimpinan:
  • Kemampuan memengaruhi satu kelompok untuk mencapai suatu tujuan.
  • Suatu interaksi satu pihak yang memimpin dan satu pihak yang dipimpin.
  • Upaya menggunakan pengaruh yang tak memaksa agar dapat merealisasikan tujuan.
  • Memengaruhi atau memotivasi kelompok.

Bila karakter kepemimpinan baik, maka Islam bisa jaya kembali.
Adapun karakter pemimpin itu adalah:
  • Memiliki analisis yang matang.
  • Memilih pilihan yang tepat.
  • Rela berkorban.
  • Berani mengambil risiko.
  • Memiliki komunikasi yang baik.

Unsur Kepemimpinan
  • Ada orang yang mempengaruhi, yaitu yang memimpin.
  • Ada orang yang dipengaruhi, yaitu yang dipimpin.
  • Interaksi, kedekatan personal dengan orang lain.
  • Tujuan yang akan dicapai.

Langkah Awal Menuju Kepemimpinan
  • Berani mengambil risiko.
  • Kreatif dan inovatif.
  • Proaktif untuk mengambil peran.
  • Mempunyai harapan dan cita-cita.
  • Selalu berpikir positif.
  • Selalu berjiwa besar.

Perbedaan PEMIMPIN dan MANAJER
  • Pemimpin itu memulai. Manajer itu mengelola.
  • Pemimpin itu (membuat hal) orisinil. Manajer itu (membuat hal) tiruan.
  • Pemimpin itu mengembangkan. Manajer itu mempertahankan.
  • Pemimpin itu berfokus kepada orang. Manajer itu berfokus kepada sistem.
  • Pemimpin itu berpikir jangka panjang. Manajer itu berpikir jangka pendek.
  • Pemimpin itu berorientasi pada masa depan. Manajer itu berorientasi pada hasil akhir.

Kepemimpinan Efektif
  • Motivasi.
  • Paham organisasi.
  • Relasi yang kuat.
  • Catatan aktivitas/reputasi.
  • Kemampuan/keahlian.
  • Nilai-nilai pribadi.

Peran Kepemimpinan
  • Perencanaan.
  • Pengorganisasian.
  • Pelaksanaan.
  • Pengontrolan.
  • Supervisi.
  • Evaluasi.

"Pemimpin itu diciptakan, bukan dilahirkan."




Pengurus DKM Al-Mujtahid 2010-2011
Peresume:
Firman Maulana
Aldi Andika Pratama (Ketua Divisi Media dan Publikasi)
Read more

1 Resume Tatsqif Bulan Oktober 2010: Manajemen Waktu

TASQIF BULAN OKTOBER

Hari/tanggal : Jumat/29 Oktober 2010
Tempat : Masjid Al-Mujtahid SMAN 22 Banung
Pemateri : R Harnandito Yudhitia (Alumni DKM Al-Furqan SMAN 3 Bandung)
Materi : Manajemen Waktu

RESUME TASQIF

Paling penting adalah bagaimana kita menghargai waktu. Masalah teknis itu mudah.
"Lakukanlah hal yang sulit untuk memudahkan kehidupan kita nanti."
Betapa pentingnya waktu, bahkan 1 hari pun cukup untuk menentukan akan ke Surga atau Neraka kah kita.

  1. Hargai waktu. Hidupmu, waktumu dibuat dari satu detik, maka perhatikan tiap detiknya.
  2. Sibukkanlah dirimu dengan perbuatan baik.
  3. Tidak akan mendapatkan akhirat bila tanpa memanfaatkan hidup sebaik mungkin.
  4. Tidak menghargai waktu = tidak menghargai diri, dan satu-satunya tempat bagi yang tidak menghargai diri hanyalah Neraka.
  5. Memprioritaskan dari yang penting-saat ini, tidak penting-harus saat ini, penting-tidak saat ini, dan tidak penting-tidak saat ini.

"Jangan menyalahkan kegiatan dakwah karena nilai menurun!"




Pengurus DKM Al-Mujtahid 2010-2011
Peresume:
Firman Maulana
Aldi Andika Pratama (Ketua Divisi Media, dan Publikasi)
Read more

Delete this element to display blogger navbar

 
© 1432 H/2011 M DKM Al-Mujtahid | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger